LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN POLA
PEMENUHAN AKTIVITAS “MOBILISASI”
DI RUANG AHMAD DAHLAN PKU
MUHAMMADIYAH
SRUWENG
Disusun oleh :
Nama : Indra
Hermawan
NIM : A11000608
PROGRAM
STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN
2011
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN
PENDAHULUAN
GANGGUAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA
DENGAN GANGGUAN POLA PEMENUHAN AKTIVITAS ”MOBILISASI” DI RUANG
AHMAD DAHLAN PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG
Telah Disahkan
Hari :
Tanggal :
Pembimbing Lahan
(
)
|
Mahasiswa
( )
|
Pembimbing Akademik
(
)
|
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.................................................................................... 1
HALAMAN
PENGESAHAN..................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................ 3
KONSEP DASAR
PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS
A.
Pengertian Mobilisasi.......................................................................... 4
B.
Konsep Dasar Mobilisasi.................................................................... 4
C.
Tujuan Mobilisasi................................................................................ 7
D.
Faktor-Faktor yang
mempengaruhi.................................................... 7
E.
Etiologi............................................................................................... 9
F.
Manifestasi Klinis............................................................................. 10
G.
Komplikasi........................................................................................ 11
H.
Patofisiologi dan Pathway
Keperawatan......................................... 11
I.
Fokus Intervensi............................................................................... 12
J.
Intervensi.......................................................................................... 12
DAFTAR
PUSTAKA................................................................................ 13
KONSEP
DASAR PEMENUHAN
KEBUTUHAN AKTIFITAS
A. Pengertian Mobilisasi
1.
Mobilisasi
adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas
(kosier, 1989).
2.
Mobilisasi
adalah kemampuan orang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teraturyang
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. ( Buku ajar KDM “ teori dan
aplikasi dalam praktik”, 2007)
3.
Keterbatasan
pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mendiri dan
terarah. ( Diagnosis Keperawatan “ definisi dan klasifikasi “, 2010 )
4.
Suatu
keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat dari tubuh
atau satu ektremitas atau lebih . dengan tingkatan :
a.
Tingkat
0: mandiri penuh
b.
Tingkat
1 : memerlukan peralatan atau alat bantu
c.
Tingkat
2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan, pengawasan, atau
pembelajaran
d.
Tingkat
3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan/ alat bantu
e.
Tingkat
4 : ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktifitas
( buku saku diagnose keperawatan “
Judith M. Wilkinson”, 2006)
B. Konsep Dasar Mobilisasi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang
untuk bergerak bebas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan
aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri
(melindungi diri
dari
trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan
tangan non verbal.
Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko
mengalami keterbatasan
gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang.
Immobilisasi
dapat
berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen
tubuh, mengurangi
nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring akan
kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh
sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament,
tendon, kartilago, dan saraf.
Otot Skeletal mengatur
gerakan tulang karena adanya
kemampuan
otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua
tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik,
peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik
menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada
pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk
latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik
dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek,
namun pemakaian energy meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan
energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan
darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien
yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot
merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran
skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari
kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang
berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu
keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan
adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan
posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus
otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah
rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek,
pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam
pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium,
berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan
di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
1.
Sendi sinostotik mengikat tulang dengan
tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi
ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra
2.
Sendi kartilaginous/sinkondrodial,
memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk
menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami
penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
3.
Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah
sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran.
Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan
jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan
fibula)
4.
Sendi sinovial atau sendi yang
sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas di mana permukaan
tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen
oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan
sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.
Ligamen adalah
ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat
sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen
itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif.
Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum
mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung bergerak.
Tendon adalah
jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan
tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang
dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.
Kartilago adalah
jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada di
sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah
besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali
pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
Sistem saraf mengatur
pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di konteks
serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
Propriosepsi adalah
sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas
otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara
berkesinambungan. Misalnya: proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk
memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada
penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor
tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
C.
Tujuan
Dari Mobilisasi Antara Lain :
1.
Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2.
Mencegah
terjadinya trauma
3.
Mempertahankan
tingkat kesehatan
4.
Mempertahankan
interaksi sosial dan peran sehari – hari
5.
Mencgah
hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
D.
Faktor
– Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
a. Gaya hidup
Gaya hidup
sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat
pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya;
seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau
seorang pemambuk.
b.
Proses penyakit dan injuri
Adanya
penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya
misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas.
Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka
cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di
tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat
kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
c.
Kebudayaan
Kebudayaan
dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang
anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan
anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan
berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
d.
Tingkat energy
Setiap
orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit
akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan
seorang pelari.
e.
Usia dan status perkembangan
Seorang
anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang
remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula
tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
·
Bayi: sistem muskuloskeletal bayi
bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur dan persendian memiliki ROM lengkap.
Posturnya kaku karena kepala dan tubuh bagian atas dibawa ke depan dan tidak
seimbang sehingga mudah terjatuh.
·
Batita: kekakuan postur tampak
berkurang, garis pada tulang belakang servikal dan lumbal lebih nyata
·
Balita dan anak sekolah: tulang-tulang
panjang pada lengan dan tungkai tumbuh. Otot, ligamen, dan tendon menjadi lebih
kuat, berakibat pada perkembangan postur dan peningkatan kekuatan otot.
Koordinasi yang lebih baik memungkinkan anak melakukan tugas-tugas yang
membutuhkan keterampilan motorik yang baik.
·
Remaja: remaja putri biasanya tumbuh dan
berkembang lebih dulu dibanding yang laki-laki. Pinggul membesar, lemak
disimpan di lengan atas, paha, dan bokong. Perubahan laki-laki pada bentuk
biasanya menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan meningkatnya massa otot. Tungkai menjadi
lebih panjang dan pinggul menjadi lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di
dada, lengan, bahu, dan tungkai atas.
·
Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh
lebih baik. Perubahan normal pada tubuh dan kesegarisan tubuh pada orang dewasa
terjadi terutama pada wanita hamil. Perubahan ini akibat dari respon adaptif
tubuh terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi
berpindah ke bagian depan. Wanita hamil bersandar ke belakang dan agak
berpunggung lengkung. Dia biasanya mengeluh sakit punggung.
·
Lansia: kehilangan progresif pada massa
tulang total terjadi pada orangtua.
E. Etiologi
Postur abnormal:
a.
Tortikolis: kepala miring pada satu
sisi, di mana adanya kontraktur pada otot sternoklei domanstoid
b.
Lordosis: kurva spinal lumbal yang
terlalu cembung ke depan/ anterior
c.
Kifosis: peningkatan kurva spinal
torakal
d.
Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan
lordosis
e.
Skolioasis: kurva spinal yang miring ke
samping, tidak samanya tinggi hip/ pinggul dan bahu
f.
Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal
anteroposterior dan lateral
g.
Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan
menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal
h.
Gangguan perkembangan otot, seperti
distropsi muskular, terjadi karena gangguan yang disebabkan oleh degenerasi
serat otot skeletal
i.
Kerusakan sistem saraf pusat
j.
Trauma langsung pada sistem
muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan fraktur.
F. Manifestasi Klinis
a.
Respon fisiologik dari perubahan
mobilisasi, adalah perubahan pada:
ü muskuloskeletal
seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi
(kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium
ü kardiovaskuler
seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan thrombus
ü pernafasan
seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas
ü metabolisme
dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium;
dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi)
ü eliminasi
urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan
batu ginjal
ü integument
seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan
ü neurosensori:
sensori deprivation
- Respon psikososial dari
antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan sosiokultural.
Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan
dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.
- Keterbatasan rentan pergerakan
sendi
- Pergerakan tidak terkoordinasi
- Penurunan waktu reaksi ( lambat )
G. Komplikasi
1.
Denyut
nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
2.
Tekanan
darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.
3.
Pernafasan
terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
4.
Warna
kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
5.
Kecepatan
dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan
posisi tubuh.
6. Status emosi labil.
H. Patofisiologi
Dan Pathway Keperawatan
a.
Patofisiologi
·
Menghambat
proses pengosongan vasika urinary yang akan menimbulkan stasis urine (
terhambat / terhentinya pengeluaran urine )
·
Terjadi
retensi urine
·
Mempengaruhi
sistem gastrointestinal ( ingesti, digesti, dan eliminasi) yang akan
menyebabkan konstipasi.
·
Terjadi
hipotensi
·
Kerusakkan
kulit
b.
Pathway keperawatan
Tirah Baring
Aktifitas Fungsi
Gastrointestinal
Atrophy otot (
musculusskeletal ) peristaltic &
mobilisasi
Intoleransi Aktifitas
Gangguan
Mobilisasi Fisik Konstipasi Ansietas
I. Fokus
Intervensi
Prioritas NIC
Penatalaksanaan ROM dan Ambulasi
klien : membantu klien berada pada
posisi yang tidak tetap, dan membantu mengurangi resiko atropi otot karena
jarang digerakkan.
Pemberian terapi ROM dan Ambulasi
klien ( melatih gerak klien secara perlahan/ bertahap ).
- Intervensi
1.
Mandiri
ü Ukur Tanda-tanda vital
Rasional :
tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
ü Kaji faktor penyebab
Rasional : untuk
mengetahui faktor utama penyebeb masalah
ü Tingkatkan mobilitas dan pergerakan secara maksimal
Rasional : untuk
mencegah terjadinya komplikasi lain ( atropi, trauma dekubitus )
ü Tingkatkan mobilitas ekstremitas dengan pemberian ROM
yang sesuai ( aktif/ pasif )
Rasional : untuk
membiasakan sendi sendi untuk bergerak, sehingga tidak terjadi kekakuan, dan
dapat untuk menaikan massa otot.
ü Berikan ambulasi secara periodic pada klien
Rasional :
mengatur posisi klien stiap saat agar tidak bosan
ü Berikan penyuluhan kesehatan, sesuai dengan indikasi.
Rasional : menambah
pengetahuan klien
2.
Kolaborasi
Kolaborasikan dengan bagian fosioterapi untuk memberikan
fisioterapi yang sesuai
Rasional : memberikan latihan sendi dan otot kepeda pasien
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal
dkk. 2007. Buku ajar kebutuhan
dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa
Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Herdman,
T Heather, 2010. Diagnosis Keperawatan :
Definisi dan Klasifikasi
2009-2010.Jakarta:EGC
---- Konsep Dasar Mobilisasi.http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/16/mobilisasi/
.Diakses tanggal : 25 Oktober 2001,
pukul 16.00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar