LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN pada KLIEN DENGAN TBC
di
RUANG ANGGREK RSUD MAJENANG CILACAP
Disusun Oleh :
Indra Hermawan
A11000608
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
GOMBONG
2012
KONSEP DASAR
KONSEP DASAR
TUBERKULOSIS PARU
A. PENGERTIAN
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun
menular yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Kuman
tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara (pernapasan)
kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut menyebar dari paru-paru ke organ
yang lain melalui peredaran darah, yaitu : kelenjar limfe, saluran pernapasan
atau penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes RI, 1998).
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh Basil
Tahan Asam (BTA). Walaupun TBC dapat menyerang berbagai organ tubuh, namun
kuman ini paling sering menyerang organ paru (www.kompas.com). Menurut Smeltzer (2001)
Tuberkulasis (TB) adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberkulosis dapat pula ditularkan ke bagian tubuh lainnya termasuk
meningen, ginjal, tulang, dan nodus limfe.
B. ETIOLOGI
Penyebab Tuberkulosis adalah Mycobacterium
tuberculosis. Kuman lain yang dapat menyebabkan TBC adalah Mycobacterium Bovis
dan M. Africanus (www.tempointeraktif.com). Kuman
Mycobacterium tuberculosis adalah kuman berbentuk batang aerobic tahan asam
yang tumbuh dengan lambat dan sensitive terhadap panas dan sinar ultraviolet
(Smeltzer, 2001:584)
Sebagian
besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid inilah yang membentuk kuman
lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisik.
Kuman dapat tahan hidup dalam udara kering maupun dalam keadaan dingin (dapat
tahan bertahun-tahun dalam lemari es). Hal ini teradi karena kuman berada dalam
sifat dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan tuberkulosis aktif lagi (Bahar,1999:715).
Sifat lain
kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi
jaringan yang lebih tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen
pada daerah apikal paru-paru lebih tinggi daripada bagian lain, sehingga bagian
apikal ini merupakan tempat prediksi penyakit tuberkulosis.
Kuman TBC
menyebar melalui udara (batuk, tertawa, dan bersin) dan melepaskan droplet.
Sinar matahari langsung dapat mematikan kuman, akan tetapi kuman dapat hidup
beberapa jam dalam keadaan gelap (www.tempointeraktif.com).
C.
PATOFISIOLOGI
1.Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis
primer ialah penyakit TB yang timbul dalam lima tahun pertama setelah terjadi
infeksi basil TB untuk pertama kalinya (infeksi primer) (STYBLO,1978 dikutip
oleh Danusantoso,2000:102).
Penularan
tuberkulosis paru terjadi karena kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar
menjadi droplet dalam udara. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara
bebas selama 1- 2 jam. Dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat tahan
berhari-hari sampai berbulan-bulan. Bila partikel infeksi ini dapat terhisap
oleh orang sehat ia akan menempel pada jalan napas atau paru-paru. Bila menetap
di jarigan paru, akan tumbuh dan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag.
Kuman yang bersarang di jaringan paru-paru akan membentuk sarang tuberkulosa
pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek primer dan dapat terjadi di
semua bagian jaringan paru.
Dari sarang
primer akan timbul peradangan saluran getah bening menuju hilus (limfangitis
lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus (limfangitis
regional) yang menyebabkan terjadinya kompleks primer.
Kompleks
primer ini selanjutnya dapat menjadi :
a. Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan
cacat.
b. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas
(kerusakan jaringan paru).
c. Berkomplikasi dan menyebar secara :
1) Per kontinuitatum, yakni menyebar ke
sekitarnya.
2) Secara bronkogen pada paru yang
bersangkutan maupun paru di sebelahnya. Dapat juga kuman tertelan bersama
sputum dan ludah sehingga menyebar ke usus.
3) Secara linfogen, ke organ tubuh lainnya.
4) Secara hematogen, ke organ tubuh lainnya
(Bahar, 1999:716)
2.Tuberkulosis Post-Primer (Sekunder)
Adalah
kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan muncul bertahun-tahun kemudian
sebagai infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post-primer).
Hal ini dipengaruhi penurunan daya tahan tubuh atau status gizi yang buruk.
Tuberkulosis pasca primer ditandai dengan adanya kerusakan paru yang luas
dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura. Tuberkulosis post-primer ini
dimulai dengan sarang dini di regio atas paru-paru. Sarang dini ini awalnya
juga berbentuk sarang pneumonia kecil.
D.
PATHWAYS TUBERKULOSIS
E.
MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala
yang sering ditemui pada tuberkulosis adalah batuk yang tidak spesifik tetapi
progresif. Biasanya tiga minggu atau lebih dan tidak ada dahak. Batuk terjadi
karena adanya iritasi pada bronkus, sifat batuk dimulai dari batuk kering (non
produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif (menghasilkan
sputum). Selain gejala batuk disertai dengan gejala dan tanda lain seperti
tersebut di bawah ini :
1. Demam. Terjadi lebih dari sebulan,
biasanya pada pagi hari.
2. Hilangnya nafsu makan dan penurunan berat
badan.
3. Keringat malam hari tanpa kegiatan.
4. Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit
yang sudah berlanjut, dimana infiltrasinya sudah setengah bagian paru.
5. Nyeri dada. Timbul bila infiltrasi radang
sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Gejala ii jarang
ditemukan.
6. Kelelahan.
7. Batuk darah atau dahak bercampur darah
(Bahar,1999:719)
F.
KLISIFIKASI TUBERKULOSIS
Di Indonesia klasifikasi yang
banyak dipakai adalah :
1. TB paru : sputum BTA (+)
2. TB paru tersangka : sputum BTA (-) dengan
klinis dan radiologis (+)
3. Bekas TB paru : riwayat obat anti
tuberkulosis (OAT) adekuat dengan sputum (-), klinis (-), radiologis menetap (www.tempointeraktif.com)
Menurut Bahar (1996)
klisifikasi TB paru yaitu :
1. TB paru
2. Bekas TB paru
3. TB tersangka, yang terbagi dalam :
a. TB paru tersangka yang diobati : sputum
BTA (-), tapi tanda-tanda lain (+)
b. TB paru tersangka yang tidak diobati :
sputum BTA (-) dan tanda-tanda lain juga meragukan.
G.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan
radiologis dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis.
Pada awal penyakit dimana lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia gambaran
radiologis adalah berupa bercak-bercak seperti awan dengan batas yang tidak tegas.
Bila telah berlanjut, bercak-bercak awan jadi lebih padat dan batasnya jadi
lebih jelas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat akan terlihat bulatan
dengan batas yang tegas. Lesi ini dikenal dengan nema tuberkuloma.
Pada satu
foto dada sering didapatkan bermacam-macam bayangan sekaligus (pada tuberkulosa
lebih lanjut) seperti infiltrat + garis-garis fibrotik + klasifikasi + kavitas
(sklerotik/nonsklerotik). Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang
aneh-aneh, sehingga dikatakan ”tuberkulosis is the greatest imitator”(Bahar,
1996:719)
Pemeriksaan
radiologis dapat menunjukkan gambarang yang bermacam-macam dan tidak dapat
dijadikan gambaran diagnostik yang absolut dari tuberkulosis (www.kompas.com).
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan Darah
Pada
pemeriksaan darah yang diperiksa adalah jumlah leukosit dan limfosit yang
meningkat pada saat tuberkulosis mulai (aktif). Pada pemeriksaan Laju Endap
Darah mengalami peningkatan, tapi Laju Endap Daanh yang normal bukan berarti
menyingkirkan adanya proses tuberkulosis. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah
leukosit mulai normal dan jumlah limfosit masih tetap tinggi dan Laju Endap
Darah mulai turun ke arah normal lagi (Bahar,1996:719).
b. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan
sputum adalah penting karena dengan ditemukannya kuman BTA diagnosis
tuberkulosis sudah bisa dipastikan. Penemuan adanya BTA pada dahak, bilasan
bronkus, bilasan lambung cairan pleura atau jaringan paru adalah sangat penting
untuk mendiagnosa TBC paru.
Pemeriksaan
dahak dilakukan tiga kali yaitu : dahak sewaktu datang, dahak pagi dan dahak
sewaktu berkunjung hari kedua. Bila didapatkan hasil dua kali positif maka dikatakan mikroskopik BTA
positif. Bila satu pisitif, dua kali negatif maka pemeriksaan perlu diulang
kembali. Pada pemeriksaan ulang akan didapatkan satu kali positif maka
dikatakan mikroskopik BTA positif, sedangkan bila tiga kali negatif dikatakan
mikroskopik BTA negatif. Untuk memastikan jenis kuman yang menginfeksi perlu
diakukan pemeriksaan biakan/kultur kuman atau biakan yang diambil (Depkes
RI,1998).
c. Tes Tuberkulin
Biasanya
dipakai cara mantoux yakni dengan menyuntikkan 0,1cc tuberkulin PPD (Purified
Protein Derivate) intra cutan. Setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan, akan
timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari infiltrasi limfosit
yakni persenyawaan antara antibody dan antigen tuberkulin.
Hasil tes mentoux dibagi dalam :
1)
Indurasi 0-5 mm (diameternya) : mantoux negative
2)
Indurasi 6-9 mm :
hasil meragukan
3)
Indurasi 10-15 mm :
hasil mantoux positive
4) Indurasi lebih dari 16 mm : hasil mantoux positif kuat
Biasanya
hampir seluruh penderita memberikan reaksi mantoux yamg positif (99,8%)
Kelemahan tes ini juga dapat positif palsu yakni pemberian BCG atau terinfeksi
dengan Mycobacterium lain. Negatif palsu lebih banyak ditemukan daripada
positif palsu (Bahar,1996:721).
H.
PENATALAKSANAAN
1. Pengobatan TBC paru
Tujuan
pemberian obat pada penderita tuberkulosis paru yaitu; untuk menyembuhkan,
mencegah kematian dan kekambuhan (www.kompas.kom). Obat yang sekarang
digunakan adalah Fix Drugs Combination (FDC) 4 obat ini merupakan obat baru
yang memiliki kandungan sama dengan obat lama yaitu; Rivampisin,Isoniazid
(INH), Etambutol, dan Pyrazinamid. Dengan adanya obat FDC 4 ini penderita hanya
cukup satu butir saja. Menurut Endang Nuraini (2002), dengan model pengobatan
lama, yaitu dengan banyaknya obat yang harus dikonsumsi, tingkat kegagalan
penyembuhan sangat tinggi. Sebab, banyak obat yang dikonsumsi menimbulkan beberapa
efek samping yaitu; mual, pusing, diare. Akibatnya, banyak penderita yang
menghentikan konsumsi obat. Prinsip di dalam penyembuhan penyakit TBC adalah
kerajinan minum obat (www.depkes.com).
Dalam
pembarian obat ada beberapa macam cara pengobatan :
a. Pengobatan untuk penderita aktif selama 6
bualan, dilakukan dua tahap yaitu:
-
Tahap
awal : obat diminum tiap hari, lama pengobatan 2 atau 3 bulan tergantung berat
ringannya penyakit.
-
Obat
lanjutan : diminum 3 kali seminggu lama pengobatan 4 atau 5 bulan tergantung
berat ringannya penyakit.
b. Pengobatan untuk penderita kambuhan atau
gagal pada pengobatan pertama yang dilakukan selama 8 bulan, yaitu :
-
Obat
diminum setiap hari selama 3 bulan
-
Suntikan
Streptomicyn setiap hari selama 2 bulan
-
Obat
diminum 3 kali seminggu selama 5 bulan
(Depkes RI, 2001).
Untuk
keberhasilan pengobatan, oleh badan kesehatan dunia (WHO) dilakukan strategi
DOTS (Dyrecly Observed Treatment Shortcourse). Strategi ini merupakan yang
paling efektif untuk mengontrol pengobatan tuberkulosis (www.sinarharapan.com).
Lima
langkah strategi DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua orang yang
batuk dalam tiga minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat yang disiapkan
oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau selama enam bulan oleh Pengawas
Minum Obat dan ada sistem pencatatan/pelaporan.
2. Perawatan bagi penderita TBC
Perawatan yang harus dilakukan
pada penderita tuberkulosis adalah :
-
Awasi
penderita minum obat, yang paling berperan disini adalah orang terdekat
penderita yaitu keluarga.
-
Mengetahui
adanya gejala samping obat dan rujuk bila diperlukan.
-
Mencukupi
kebutuhan gizi yang seimbang penderita.
-
Istirahat
teratur minimal 8 jam perhari.
-
Mengingatkan
penderita untuk periksa ulang dahak pada bulan kedua, kelima, dan keenam.
-
Menciptakan
lingkungan rumah dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik (Pepkes RI,1998)
3. Pencegahan penularan TBC
Tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan adalah :
-
Menutup
mulut bila batuk.
-
Membuang
dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada wadah tertutup yang diberi
lysol 5% atau kaleng yang berisi pasir 1/3 dan diberi lysol.
-
Makan
makanan bergizi.
-
Memisahkan
alat makan dan minum bekas penderita.
-
Memperhatikan
lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik.
-
Untuk
bayi diberikan imunisasi BCG (Depkes RI,1998).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenitto,
L.J.(2000). Buku
Saku Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa, Monica Ester. Ed.8.Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth.J. (2000). Buku Saku
Patofisiologi. Alih bahasa, Brahm.U.Pendit. Jakarta
: EGC.
Depkes RI.
(1998).Buku Pedoman Kader Kesehatan Paru. Jakarta : Depkes RI.
Long, C.
Barbara. (1996). Perawatan Medikal Bedah 2. Terjemahan Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan. Bandung : Yayasan IAPK Pajajaran.
Rosjid, Imron. TBC (online). Tersedia di: http://www.nusaindah.tripod.com
/kestbc.htm. (23 Juli 2005).
Smeltzer,
Suzanne. C. (2001). Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah – Brunner&Suddart. Alih Bahasa Agung Waluyo. Ed.8. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar