LAPORAN
PENDAHULUAN
ORKITIS
Disusun Oleh :
indra hermawan
SEKOLAH TINGGI
ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN
GOMBONG
2012
A. Pengertian
Orkitis adalah inflamasi (peradangan) akut
atau infeksi pada testis. Hal ini biasanya terjadi akibat komplikasi dari
penyakit sistemik atau sebagai perluasan dari epididimitis. (Lemone, 2004 :
1533).
Orkitis adalah peradangan testis, yang jika
dengan epididimitis menjadi epididimorkitis dan merupakan komplikasi yang
serius dari epididimitis. (Price & Silvia, 1995 : 1156).
Orkitis adalah suatu peradangan pada salah
satu atau kedua testis (buah zakar).” Orkitis adalah suatu peradangan pada satu
atau kedua testis, disertai oleh pembengkakan, nyeri, demam dan rasa berat pada
area sekitar. ( Tenerelli, 2006)
B.
Etiologi
Orkitis (inflamasi pada testis) dapat disebabkan
oleh bakteri atau akibat septicemia. Biasanya kedua testis terkena, dan jika
terjadi bilateral kemandulan sering diakibatkannya, steril tidak terjadi bila
bersifat unilateral. (Long, 1996 : 468)
Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah
bakteri dan virus. Virus yang paling sering menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps).
Virus lainnya meliputi Coxsackie virus, varicella, dan echovirus. Bakteri yang
biasanya menyebabkan orkitis antara lain Neisseria gonorhoeae,
Chlamydia trachomatis, E. coli, Klebsiella pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus
sp., dan Streptococcus sp. Pasien immunocompromised (memiliki respon imun yang
diperlemah dengan imunosupresif) dilaporkan terkena orkitis dengan agen penyebab Mycobacterium
avium complex, Crytococcus neoformas, Toxoplasma gondii, Haemophilus
parainfluenzae, dan Candida albicans. (Mycyk, 2004)
- imunisasi gondongan yang tidak adekuat
- usia
lanjut (lebih dari 45 tahun)
- infeksi
saluran kemih berulang
- kelainan
saluran kemih
- berganti-ganti
pasangan
- riwayat
penyakit menular pada pasangan
- riwayat
gonorhoe atau penyakit menular seksual lainnya. (Gilbert, 2004)
C.
Patofisiologi
Kebanyakan
penyebab orkitis pada laki-laki yang sudah puber
adalah gondongan (mumps), dimana manifestasinya biasanya muncul mendadak dalam
3 sampai 4 hari setelah pembengkakan kelenjar parotis. (Lemone, 2004 : 1533)
Virus
parotitis juga dapat mengakibatkan orkitis, sekitar 15 % – 20% pria
menderita orkitis akut bersamaan dengan parotitis.
Anak laki-laki pra pubertas dengan orkitis parotitika dapat diharapkan untuk
sembuh tanpa disertai disfungsi testis. Pada pria dewasa atau pubertas,
biasanya terjadi kerusakan tubulus seminiferus dan pada beberapa kasus merusak
sel-sel leydig, sehingga terjadi hipogonadisme akibat defisiensi testosteron.
Ada resiko infertilitas yang bermakna pada pria dewasa dengan orkitis parotitika. Tuberkukosis genitalia
yang menyebar melalui darah biasanya berawal unilateral pada kutub bawah
epididimis. Dapat terbentuk nodula-nodula yang kemudian mengalami ulserasi
melalui kulit. Infeksi dapat menyebar melalui
fenikulus spermatikus menuju testis. Penyebaran lebih lanjut terjadi pada
epididimis dan testis kontralateral, kandung kemih, dan ginjal. (Price &
Silvia, 1995 : 1156).
D.
Manifestasi Klinik
Tanda
dan gejala orkitis dapat berupa demam, semen
mengandung darah, keluar nanah dari penis, pembengkakan skrotum, testis yang
terkena terasa berat, membengkak, dan teraba lunak, serta nyeri ketika
berkemih, buang air besar(mengedan), melakukan hubungan seksual. Selanglangan
klien juga dapat membengkak pada sisi testis yang terkena (Mycyk,2004).
Sedangkan menurut Lemone (2004 : 1533) manifestasi orkitis termasuk demam tinggi, peningkatan
WBC, kemerahan skrotum secara unilateral atau bilateral, pembengkakan, dan
nyeri.
E.
Komplikasi
McCance
& Hueter, 2002 dalam Lemone (2004 : 1533) menyatakan bahwa kurang lebih 30%
kasus orkitis terjadi atrofi testis dengan
kerusakan irreversibel terhadap spermatogenesis. Disamping hal tersebut
potensial komplikasi lainnya yaitu abses skrotum, infark testis, fistula kulit skrotum, dan epididimitis kronik
(Gilbert, 2004).
F.
Pemeriksaan Diagnostik
- Pemeriksaan
urin kultur
- Urethral
smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)
- Pemeriksaan
darah CBC (complete blood count)
- Dopller
ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan diagnosa dan
mendeteksi adanya abses pada skrotum
- Testicular
scan
- Analisa
air kemih
- Pemeriksaan
kimia darah
G.
Penatalaksanaan
Jika
penyebab orkitis adalah bakteri, virus, jamur maka
terapi diarahkan pada organisme spesifik yang menginfeksi. Selebihnya evaluasi
skrotum, kantong es untuk mengurangi udem skrotum, antibiotic, analgetik, dan
medikasi antiinflamasi diberikan. Penderita sebaiknya menjalani tirah baring
(Smeltzer&Bare, 2002 :1640). Menurut Lemone (2004 : 1533) bila terjadi
hidrokel maka diperlukan aspirasi.
I.
Proses Keperawatan
I.1.
Pengkajian
- Meliputi
riwayat penyakit sebelumnya seperti penyakit menular seksual, mumps
- riwayat
pengobatan sebelumnya
- pemeriksaan
fisik meliputi pemeriksaan testis (terhadap adanya pembesaran, pengerasan,
kelunakan, kemerahan kulit skrotum, udem kulit skrotum, dan pembesaran
epididimis), pemeriksaan rectal (kondisi prostate, adanya darah pada
feses), parotitis, dan demam
- Uretral
smear untuk mengetahui adanya chlamidia dan gonorrhea, Doppler ultrasound
untuk mengetahui adanya abses skrotum, testicular scan untuk mengetahui
adanya peningkatan blood flow
- Kultur
urin untuk mengetahui jenis bakteri (Association for Genitourinary
Medicine, 2002)
- Laboratorium
darah untuk mengetahui tanda-tanda infeksi, adanya peningkatan sel darah
putih.
I.2.
Diagnosa Keperawatan
- Nyeri
berhubungan dengan inflamasi jaringan terinfeksi
- Hipertermi
berhubungan dengan peningkatan metabolisme akibat peradangan (proses
penyakit)
- Resiko
infeksi sistemik berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer
(kerusakan integritas kulit skrotum)
- Kurang
perawatan diri : mandi/hygiene, toileting, makan berhubungan dengan nyeri
- Gangguan
harga diri berhubungan dengan ketidakmampuan mempunyai keturunan
- Perubahan
pola seksual berhubungan nyeri, sekunder terhadap peradangan
I.3.
Fokus Intervensi
1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan
terinfeksi (Carpenito, 2000 : 45)
Tujuan
: Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria
hasil :
-
Klien menyatakan nyeri berkurang atau hilang
-
Ekspresi wajah rileks
-
Klien dapat beristirahat
Intervensi
:
-
Kaji nyeri dengan PQRST
-
Beri posisi yang nyaman bagi klien
-
Ajarkan teknik manajemen nyeri seperti distraksi dan relaksasi
-
Ciptakan lingkungan tenang dan nyaman
-
Kompres hangat atau dingin pada daerah nyeri
-
Kolaborasi pemberian analgetik
2. Hipertermi berhubungan dengan
peningkatan metabolisme akibat peradangan (proses penyakit) (Doenges, 1999 :
875)
Tujuan
: Klien terbebas dari hipertermi
Kriteria
hasil :
-
Klien bebas dari demam
-
Suhu badan klien dalam batas normal
Intervensi
:
-
Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil, diaforesis
-
Pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai
indikasi
-
Tambahkan atau kurangi selimut sesuai indikasi
-
Berikan kompres hangat atau dingin sesuai indikasi
-
Kolaborasi pemberian antipiretik
3. Resiko infeksi sistemik berhubungan
dengan tidak adekuatnya pertahanan primer (kerusakan integritas kulit skrotum) (doenges, 1999 : 515)
Tujuan
: Tidak terjadi infeksi sistemik
Kriteria
Hasil :
-
Luka mengalami penyembuhan sesuai waktunya, bebas dari pus purulen, dan eritema
-
Leukosit dalam batas normal
Intervensi
:
-
Batasi pengunjung sesuai indikasi
-
Motivasi untuk tirah baring sesuai toleransi sesering mungkin
-
Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perasat pada klien
-
Gunakan teknik septic antiseptic dalam perawatan luka, gunakkan sarung tangan dan hindari kontak langsung dengan cairan
tubuh klien
-
Buang balutan atau bahan kotor dari klien dalam kantong sampah infeksius
-
Motivasi klien untuk mejaga kebersihan diri terutama daerah sekitar luka
-
Pantau suhu klien
-
Motivasi peningkatan asupan nutrisi
-
Kolaborasi pemeriksaan leukosit dan lainnya sesuai indikasi
-
Kolaborasi pemberian antibiotik yang sesuai
4. Kurang perawatan diri :
mandi/hygiene, toileting, makan berhubungan dengan nyeri (carpenito, 2000 :
330)
Tujuan
: Perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria
Hasil :
-
Klien menyatakan puas terhadap perawatan dirinya
-
Klien aktif dalam perawatan dirinya secara fisik atau verbal sesuai kemampuan
Intervensi
:
-
Kaji faktor penyebab ketidakmampuan klien dalam merawat diri
-
Evaluasi kemampuann klien dan keluarga dalam perawatan diri klien
-
Dorong untuk mengekspresikan perasaan tentang kurang perawatan diri
-
Berikan perawatan diri seperti memberi makan, memandikan klien, dan membantu
toileting sesuai indikasi
-
Libatkan keluarga dalam perawatan diri klien
-
Motivasi klien untuk berpartisipasi dalam perawatan diri secara seoptimal
mungkin
5. Gangguan harga diri berhubungan
dengan ketidakmampuan mempunyai keturunan (Carpenito, 2000 : 357)
Tujuan
: Klien mempunyai harga diri yang positif
Kriteria
Hasil :
-
Klien mengungkapkan perasaan dan pikiran mengenai dirinya
-
Klien mengungkapkan penerimaan keterbatasan dirinya dengan sabar
-
Klien dapat berinteraksi sosial dengan orang lain
Intervensi
:
-
Terapkan hubungan saling percaya perawat-klien dengan mendorong klien untuk
mengekspresikan perasaan khususnya cara klien memandang atau berpikir mengenai
dirinya, mendorong klien untuk bertanya mengenai masalah kesehatannya,
memberikan informasi yang dapat dipercaya, memperjelas mengenai berbagai
kesalahan konsep individu mengenai diri, menghindari konflik negative, dan
memberikan privasi dan lingkungan nyaman saat interaksi
-
Tingkatkan interaksi sosoal klien dengan membantu klien untuk menerima bantuan
orang lain, mendorong keluarga untuk menjaga hubungan dan komunikasi demgan
klien
-
Gali kekuatan dan sumber-sumber positif pada klien
-
Beri reinforcement positif
-
Kolaborasi dengan psikiater atau psikolog
6. Perubahan pola seksual berhubungan
nyeri, sekunder terhadap peradangan (Carpenito, 2000 :374)
Tujuan
: Klien dapat beradaptasi terhadap perubahan pola seksual yang sedang dialami
Kriteria
Hasil :
-
Klien menceritakan kepedulian mengenai fungsi seksual
-
Klien mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual yang dialami
Intervensi
:
-
Kaji riwayat pola seksual klien
-
Berikan dorongan untuk bertanya tentang fungsi seksual yang mungkin mengganggu klien
-
Gali hubungan klien denganpasangannya
-
Dorong pasangan untuk memperhatikan kebutuhan seksualitas klien tanpa hubungan
intim
-
Beri pengertian kepada klien dan pasangan bahwa kepuasan seksualitas tidak
harus dengan
hubungan seks
DAFTAR PUSTAKA
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus
Kedokteran. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidayat. 1997, Buku Ajar
Bedah, EC, Jakarta.
Doenges. 2000, Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk perencanaan dan
Pendokumentasian perawatan pasien,
Edisi 3, EGC, Jakarta.
CarpWidiyato, 1998 Buku
saku: Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, Edisi 6,
EGC ; Jakarta.
Mansjoer,Arif.
2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.UI : Media
1 komentar:
Cara Mengobati Penyakit Orkitis
Orkitis merupakan jenis gangguan kesehatan yang terjadi di testis, baik pada salah satu testis maupun keduanya. Orkitis merupakan sebagian penyakit yang tergolong sebagai suatu kondisi medis, dimana munculnya penyakit ini ditandai dengan adanya peradangan pada salah satu testis maupun keduanya dan pada akhirnya peradangan tersebut menyebabkan rasa nyeri dan pembengkakan pada testis. Cara mengobati penyakit orkitis, datang langsung ke Klinik Apollo Spesialis Kelamin Jakarta.
Gejala
• Pembengkakan skrotum
• Testis yang terkena terasa berat, membengkak dan teraba lunak
• Pembengkakan selangkangan pada sisi testis yang terkena
• Demam
• Dari penis keluar nanah
• Nyeri ketika berkemih (disuria)
• Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ketika ejakulasi
• Nyeri selangkangan
• Nyeri testis, bisa terjadi ketika buang air besar atau mengedan
• Semen mengandung darah
Penyebab
Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). Hampir 15-25% pria yang menderita gondongan setelah masa pubertasnya akan menderita orkitis. Orkitis juga ditemukan pada 2-20% pria yang menderita bruselosis. Orkitis sering dihubungkan dengan infeksi prostat atau epididimis, serta merupakan manifestasi dari penyakit menular seksual (misalnya gonore atau klamidia).
Jika anda terkena penyakit ini solusi terbaik adalah pengobatan secepatnya, obati segera penyakit anda dengan Kinik Apollo Spesialis Kelamin Jakarta yang sudah sejak tahun 2015 untuk mengobati Andrologi dan Ginekologi.
Apabila anda mempunyai akibat cara mengobati penyakit orkitis diatas, sebaiknya anda segera untuk melakukan pengobatan sebelum penyakit anda derita akan semakin memperparah kondisi tubuh anda. Demikian sedikit penjelasan cara mengobati penyakit orkitis, apabila infeksi tersebut menyerang anda, segera diobati, pengobatan Klinik Apollo spesialis kelamin yang sudah terbukti khasiatnya menyembuhkan pasien berbagai penyakit kelamin Andrologi dan Ginekologi.
Untuk informasi lebih lanjut dan silahkan konsultasi langsung dengan “ DOKTER ONLINE GRATIS “ 021-62303060 / 0813-1518-6262
buka link di bawah ini :
https://helodokter.com
Posting Komentar