ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN
DIAGNOSIS MEDIS ASMA BRHONCHIALE
Oleh:
1.
Andi Ashari
2.
Dina Septiana
3.
Nanang Kosim
4.
Indra Hermawan
5.
Iin Rianti
PROGRAM STUDI
S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH
TINGGI ILMU KEPERAWATAN
GOMBONG
2013
ASMA BRHONCHIALE
A.
Definisi.
Asma adalah
proses obstruksi reversibel yang ditandai dengan peningkatan responsivitas dan
inflamasi jalan nafas, terutama jalan nafas bawah (Wong, 2003).
Menurut
Smeltzer, S.C. et all., 2001 mendefinisikan asma sebagai penyakit jalan nafas
obstruksi intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon secara
hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma adalah
suatu peningkatan respon trakea dan bronkhus yang mengakibatkan penyempitan
jalan nafas yang derajatnya bisa berubah-ubah sebagai hasil dari pengobatan
(Soeparman, 1990).
B.
Etiologi.
Asma bronkiale disebabkan oleh
2 faktor. Faktor pertama yaitu alergik, dimana individu hipersensitiv terhadap
alergen seperti cuaca, benda asing didalam udara (debu, tepung sari
tumbuh-tumbuhan). Faktor kedua yaitu nonalergik atau idiopatik, dimana faktor
pencetus serangan asma pada jenis ini berasal dari tubuh individu sendiri
seperti keadaan flu / common cold, infeksi saluran nafas atas, emosi dan
latihan.
C.
Patofisiologi
Tiga unsur
yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot
polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan
debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang
merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur
jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat
elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi
menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi
bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas
darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon
alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan
degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan.
Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin
berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang
pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan
terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu
yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan
terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami
degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut,
hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi
aliran udara.
D.
Gejala Klinis Asma:
1. Bunyi wheezing saat menghembuskan udara.
2. Dipsnu berat.
3. Retraksi dada.
4. Napas cuping hidung.
5. Peningkatan jelas usaha bernafas.
6. Pernapasan yang dangkal dan cepat.
7. Batuk, wheezing, sesak saat bergiat.
8.
Batuk yang
berkepanjangan, yang tidak disebabkan oleh pilek,
sering memburuk pada waktu malam.
9.
Pilek berulang dan penyembuhannya
lama.
Selama serangan asma, udara
terperangkap karena spasme dan mucus memperlambat ekspirasi. Hal ini
menyebabkan waktu menghembuskan udara menjadi lebih lama.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1.
Analisa gas darah mungkin
memperlihatkan penurunan konsentrasi oksigen arteri, dan mula-mula alkalosis
respiratorik karena karbon dioksida dikeluarkan bersama pernapasan yang cepat.
Apabil;a keadaan menetap atau memburuk, maka dapat terjadi asidosis
respiratorik akibat status asmatikus.
2.
Volume ekspirasi maksimumn dan
kecepatan maksimum ekspirasi menurun.
3.
Diantara serangan asma,
individu biasanya asimtomatik. Namun, sebagian perubahan samar pada uji fungsi
paru dapat dideteksi pada keadaan tanpa serangan.
F. Penatalaksanaan & Pengobatan
Asma
1.
Umum : Identifikasi dan penghindaran
alergen dan iritan yang diketahui atau dicurigakan.
2.
Pencegahan juga mencakup
memantau ventilasi secara berkala, terutama selama waktu-waktu puncak serangan
asma, misalnya musim dingin. Apabila diamati adanya penurunan bermakna volume
ekspirasi maksimum atau kecepatan aliran ekspirasi, maka intervensi farmakologi
dapat segera dimulai tanpa menuggu serangan timbul.
3.
Khusus : obat-obat untuk
penyembuh dan untuk pencegah
a. Obat untuk penyembuh, terdapat tiga
kelompok, ketiganya dapat dikombinasikan jika di perlukan :
1).
Beta 2 agonis, contohnya adalah salbutamol dan terbutalin.
2).
Antikolinergik
3). Teofilin
b. Obat untuk pencegah, terdapat tiga kelompok
utama yaitu :
1). Kortikosteroid , obat ini
biasanya diberikan secara inhalasi tapi kadang-kadang diberikan secara oral.
2). Kromon,
terdapat dua macam obat dalam kelompok ini yaitu sodium kromoglikat dan
nedokromil.
3). Antagonis reseptor
leukotrin, contohnya montelukast dianjurkan untuk diatas 2 tahun dan
zafirlukast dapat digunakan pada anak diatas 12 tahun.
F. Patofisiologi
H. Discharge Planning
1.
Jelaskan proses penyakit dengan
menggunakan gambar gambar
2.
Fokuskan pada perawatan mandiri
di rumah
3.
Hindari factor pemicu :
Kebersihan lantai rumah, debu debu, karpet, bulu binatang dsb
4.
Jelaskan tanda tanda bahaya
yang akan muncul
5.
Ajarkanpenggunaan nebulizer
6.
Keluarga perlumemahami tentang
pengobatan, nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian.
7.
Ajarkan strategi kontrol
kecemasan, takut, stress
8.
Jelaskanpentingnya istirahat
danlatihan, termasuk latihan nafas
9.
jelaskan pentingnya intake
cairan dan nutrisi yang adekuat
G.
Proses Keperawatan.
1.
Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada asma brokiale:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan lumen
bronkiolus.
DS :
Menyatakan sesak nafas.
DO : Penderita batuk-batuk, sesak nafas,
auskultasi wheezing, Perubahan ritme dan frekwensi pernafasan.
b.
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidak seimbangan perfusi
ventilasi.
DS : Mengatakan sesak nafas, sakit kepala dan
gangguan penglihatan.
DO Abnormal hasil AGD, konfusi / bingung,
hypercapnia, somnolens, tachycardia.
c.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan dispenia, kelelahan
DS : mengatakan lemas,
DO : mobilisasi turun, pergerakan terbatas
2. Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
|
Perencanaan
|
Rasional
|
|
Tujuan
|
Intervensi
|
||
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan lumen
bronkiolus
|
Respiratory status: Airway patency
Indikator:
RR DBN
(10-24 x/mnt)
Bebas suara na-fas tambahan.
Kemudahan bernafas
|
Air way
manajemen:
Berikan posisi fowler
Kelola obat anti asma/bronchodilator
Auskultasi suara nafas.
Kelola oksigenasi.
|
Memudahkan bernafas
Melebarkan bron-chiolus, membebas-kan lumen dari
mukus.
Memonitor perkembangan
|
Gangguan pertukaran gas
berhubungan dengan ketidak seimbangan
perfusi ventilasi.
|
Respiratory
status: Gas Exchange
Indikator:
Status mental baik.
Tidak dyspnea
Tidak sianosis
pCO2
DBN (35-45mmHG)
Arterial PH DBN (7,35 – 7,45)
Saturasi O2
DBN (85 – 95%)
|
Acid Base
Manage- ment: Respiratory Alkalosis
Pasang akses IV
Jaga patensi jalan nafas.
Berikan oksigen terapi dengan RM
Monitor pola nafas.
Monitor status mental.
Berikan support mental.
Monitor level ABG.
|
Untuk pemberian obat.
Meningkatkan ambilan CO2 saat inspirasi.
Ketidak seimbangan asam basa
menyebab-kan perubahan pola nafas dan perubahan status mental
Menurunkan stres/ krisis situasional.
Evaluasi
|
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidak
seimbangan antara kebutuhan dan supalai oksigen
|
Tolerance
aktivitas
Indicator:
Kemampuan berbicara saat beraktifitas
Dapat melakukan ADLs
Respon saturasi oksigen, HR, BP dalam rentang normal
terhadap ADLs
Respon kemudahan bernafas terhadap aktivitas
|
Manajemen
energi
Kaji keterbatasan fisik pasien.
Dorong pasien untuk mengung-kapkan perasaan-nya tentang
keterbatasannya.
Batasi stimulus lingkungan.
Turunkan ketidak nyamanan fisik.
Tingkatkan istirahat.
Monitor pola tidur pasien.
Monitor respon cardiorespiratory oleh aktivitas.
Bantu klien dalam menyusun jadwal kegiatan harian.
Evaluasi program dalam
peningkatan level aktivitas.
|
Mengetahui tingkat pemenuhan energi terhadap
aktifitas.
Meningkatkan support mental.
|
E. Sumber Pustaka:
Carpenito LJ., (1987). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8,
Jakarta: EGC.
Suryadi Skp. 2001. Asuhan keperawatan pada
anak. CV Jagung Seto: Jakarta
Ely Susanti, amd.kep, dkk. 2011. Diagnosa
Keperawatan Aplikasi Nanda NIC
NOC.
Modya Karya : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar