ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONCHOPNEMONIA
Oleh:
1.
Andi Ashari
2.
Dina Septiana
3.
Nanang Kosim
4.
Indra Hermawan
5.
Iin Rianti
PROGRAM STUDI S1
KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KEPERAWATAN
GOMBONG
2013
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSA MEDIS BRONCHOPNEMONIA
A.
KONSEP DASAR
1.
Pengertian
a.
Bronchopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada
bronchus dan parencym paru.
b.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang
biasanya menyerang di bronkeoli terminal. Dimana bronkeoli tersumbat oleh
mukopurulen yang membentuk akumulasi dan padatan di lobuli yang berdekatan (
Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998 )
2.
Etiologi
Pada umumnya bronchopneumoni ini disebabkan oleh bebeapa kuman seperti
a)
Bakteri : Pneumokokus, streptokokus, staflokokus, H.
influenza, klebsiela, M. tubercolosis, mycoplasma pneumonia.
b)
Virus : Virus respiratoris, sinsisial, virus
adeno,virus para influenza, virus influenza.
c)
Jamur : Kandida, histoplasma,koksidiodes.
d)
Protozoa : Pneumolistis karini
e)
Bahan kimia : ~ aspirsi makanan / susu / isi lambung
~ keracunan hidrokarbon (minyak tanah,
bensin dsb)
3.
Patofisiologi
4.
Gejala Klinis
Bronchopneumonia
biasanyadidahului oleh infeksi teraktus respiratorius bagian atas selama
beberapa hari. Suhu badan naik mendadak sampai 40 derajat celsius dan mungkin
disertai kejang demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, sesak dan
sianosissekundder hidung dan mulut, pernafasan cuping hidung merupakan trias
gejalayang patogmonile, kadang-kadang disertai muntah dan diare, batuk mula-mula
kering kemudian menjadi produktif.
5.
Pemeriksaan fisik
a.
Dada bagian yang sakit tertinggal
b.
Retraksi intercostal
c.
Perkusi mungkin redup
d.
Suara nafas menurun atau bronchial
e.
Rales halus nyaring (khas) pada pemulaan dan kemudian
menjadi kasar stadium resolusi
6.
Pemeriksaan penunjang
a)
Laboratorium
Ø
Leeukositosis ( 18 – 40.000 / mm )dengan geseran
kekiri pada hitungan jenis
Ø
LED meningkat
b)
X foto thorax : Bercak-bercak infiltrat tersebar atau
meliputi satu atau sebagian lobus
7.
Penatalaksanaan
Anti biotik :
a)
Pada penyakit yang ringan mungkin virus tidak perlu
anti biotika
b)
Pada klien yang dirawat inap harus segera diberi
antibiotika
c)
Pemilihan jenis antibiotika didasarkan atas umur,
keadaan klien dan dugaan kuman penyebab yaitu :
a.
Umur 3 bulan – 5 tahun bila toksis mungkin disebabkan
oleh streptokokus pneumonia, ineofilus influenza, atau stafilokokus. Pada
umumnya tidak dapat diketahui kiman penyebab maka secara praktis dipakai :
Kombinasi : Penicilin Prokain 50.000 – 100.000 KL/ Kg /24 jam IM 1 – 2
kali sehari dan Kloramfenikol 50 –100 mg / kg / 24 jam IV atau oral 4 kali
sehari
Atau kombinasi : Amphisilin 50 –100 mg / kg / 24 jam IM atau IV 4 kali
sehari dan Kloksasilin 50 / mg / kg / 24 jam IM atau IV 4 kali sehari
Atau kombinasi : Eritromisin 50 mg / kg /24 jam oral 4 kali sehari dan
Kloramfenikol (dosis sda) bila ada alergi terhadap penisilin
b.
Umur lebih dari 3 bulan biasanya disebabkan oleh
sreptokokus pneumonia, stafilokokus atau antero bakteriase
Kombinasi : Penisilin Prokain (dosis sda ) dan Gentamisin 5 – 7 mg/kg/24
jam IV 2 – 3 kali sehari
Atau kombinasi : Kloksasilin (dosis sda) dan Gentamisin (dosis sda).
Kombinasi ini juga diberikan kepada anak anak lebih dari 3 bulan dengan mal
nutrisi berat atau pasien dengan immuno compomized.
c.
Anak-anak yang lebih dari 5 tahun yang non teknis
biasanya disebabkan oleh :
a.
Streptokokus pneumonia
v
Penisilin Prokain IM
v
Fenoksimetil Pinisilin25.000 – 50.000 ki/kg/24
jam oral 4 kali sehari
v
Eritromsin (dosis sda)
v
Kotrimoksasol 6 – 30 mg/kg/24 jam oral 2 kali
sehari
b.
Mycoplasm pneumonia
Diberikan Eritromisin (dosis sda)
Apabila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi
efek samping obat misalnya alergi atau hasil pengobatan tidak memuaskan perlu
dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotika lain.Lamanya pemberian
antibiotika begantung pada : kemajuan klinis penderita yang jenis kuman
penyebabnya yaitu :Stafilokokus mungkin perlu 6 minggu parenteral dan jika
penyebabanya Hemophilus Influenza atau Streptokokus pneumonia cukup 10 – 14
hari.
8.
Komplikasi
a)
Abses paru
b)
Empiema
c)
Perdarahan paru
d)
Bronchiektasis
e)
Pneumatosel
|
f)
Afelektasis
g)
Piopneuma thorax
h)
Sepsis (renjatan)
i)
Gagal nafas
j)
Meningitis
k)
Artritis
|
9.
Konsep imunisasi
Umur Jenis
imunisasi
0 – 1 bulan BCG,
Polio I, Hepatitis A
2 bulan DPT
I, Polio II, Hepatitis II
3 bulan
DPT II, Polio
III
4 bulan DPT
III
5 bulan -
6 bulan Hepatitis
III
9 bulan Campak
10. Konsep
tumbuh kembang anak
a.
Pertumbuhan
Ø
Berat badan
1
1 – 6 tahun : Umur (tahun) x 2 + 8
Ø
Tinggi badan
Lahir : 50 cm
Umur 1 tahun : 75 cm
1 tahun : 1,5 x TB lahir
b.
Perkembangan
Menurut
Erik Erikson (perkembangan psikososial )
1.
Tahap trust versus miss trust (0 – 1 tahun)
o
Percaya versus tidak percaya
o
Dasar kepribadian ibu untuk percaya atau tidak
percaya
o
Jasa kebutuhan dasarnya terpenuhi akan percaya
atau sebaliknya
2.
Tahap autonomi versus shame and doubt (1 – 3 tahun)
Tahap otonomi versus ragu dan malu
3.
Tahap initiative versus built (4- 8 tahun)
Tahap inisiatif versus rasa bersalah
Anak selalu ingin tahu
4.
Tahap industry versus inferiority (8 – 12 tahun)
Tahap kerajinan atau berkarya versus rendah diri
5.
Tahap indentity versus role confusion (13 – 20 tahun)
Tahap indentitas diri versuss kebingungan peran
Merupakan akhir masa kanak-kanak menuju remaja
B. KONSEP ASUHAN KEPERWATAN
1.
Pengkajian
a.
Pengumpulan data
1.
Indentitas
Meliputi indentitas klien, indentitas orang tua
(ayah dan ibu) serta indentitas penanggung biaya.
2.
Keluhan utama
Pada umumnya suhu badan klien tinggi (39 – 40),
adanya pernafasan yang cepat atau sesak dan kadang disertai kejang.
3.
Riwayat kehamilan dan kelahiran
Perlu dikaji keadaan pada masa prenatal, natal dan
natal.
4.
Riwayat kesehatan
a.
Riwayat penyakit sekarang
Mula mula batuk kering kemudian menjadi produktif, timbul panas yang
mendadak tinggi kadang-kadang disertai nyeri dada, kejang, muntah dan diare.
Pada kondisi yang berlanjut klien akan gelisah, takipnea bahkan dyspnea dan
terjadi penurunan kesadaran.
b.
Riwayat penyakit dahulu
Penurunan daya tahan tubuh atau malnutrisi energi proteinatau penyakit
yang pernah diderita terutam penyakit menahun, adanya faktor latrogenik (trauma
paru, anasthesi, aspirasi), riwayat prenatal dan post natal serta imunisasi
yang kurang baikdapat menjadi faktor resiko terjadinya penyakit ini.
c.
Riwayat imunisasi
Yang sering berkaiatn adalah imunisasi BCG, DPT dan campak
d.
Riwayat penyakit keluarga
Adanya penyakit yang sama dalam keluarga, kebiasaan hidup yang kurang
sehat serta pola makan yang tidak pasti dapat berakibat mal nutrisi energi
protein
e.
Riwayat tumbuh kembang anak
Dalam hal ini pengkajiannya meliputi bagaimana adaptasi sosial klien,
bahasa, motorik halus dan motorik kasarnya disesuaikan dengan usia klien.
5.
Pola fungsi kesehatan
a.
Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Perlu dikaji pada keluarga apakah keluarga mengerti tentang penyakit
anaknya dan dibawah kemana bila sakit
b.
Pola nutrisi dan metabolisme
Pada kasus ini pula makan dan minum klien cenderung menurun, karena
adanya sesak, batuk dan tidak jarang karena klien mengalami muntah dan diare
c.
Pola eliminasi
Pada umumnya klien diare
d.
Pola istirahat dan tidur
Biasanya klien terganggu karena sesak dan batuk
e.
Pola aktivitas dan latihan
Pada umumnya klien tidak bisa beraktivitas (bermain) dengan baik
f.
Pola peersepsi dan konsep diri
Keluarga akan khawatir dengan anak karena mereka tidak mengetahui apa
yang terjadi dan apa yang harus dilakukan pada anak yang sakit dan dampak
dirawat di rumah sakit
g.
Pola sensasi dan kognitif
Disesuaikan dengan tahap tumbuh kembang anak
h.
Pola reproduksi sosial
Perlu ditanyakan jenis kelamin pada klien,apakah ada kelainan dalam
sistem reproduksinya
i.
Pola hubungan peran
Perlu dikaji bagaimana sianak beradaptasi dengan lingkungan baru dan
keluarganya
j.
Pola penaggulangan stess
Perlu dikaji bagaimana sianak pola tingkah lakunya dalam mengatasi
penyakitnya
k.
Pola tata nilai dan kepercayaan
Dalam pola ini kadang ada yang mempercayakan diri pada hal-hal yang
bersifat gaib.
6.
Pemeriksaan fisik
a.
Keadaan umum
Pada kasus ini klien lemah, suhu tinggi (390
– 400). Pernafasan cepat dan dangkal (sesak nafas), batuk, adanya
sianosis. Dapat juga terjadi kejang, gelisah sampai penurunan tingkat kesadaran
b.
Kulit, rambut, kuku
Pada umumnya klien lemah ini turgor kulitnya
menurun, rembut normal, kuku bisa cyanosis atau pucat
c.
Kepala dan leher
Ubun-ubun cekung, mata tampak cowong karena kurang
cairan akibat takipne, diaphoresis. Intake peroral inadekuat. Leher terdapat
kaku kuduk jika terjadi infeksi lebih lanjut pada meningeal dan adanya
pembesaran kelenjar lymfhe sebagai kompensasi infeksi
d.
Mata
Pada kasus ini mata klien tampak cowong karena
kurang cairan akibat takipnea, diaphoresis, intake peroral inadekuat
e.
Telinga, hidung, mulut, dan tenggorokan
Pada umumnya telinga normal, hidung terdapat sekret
yang kental, pernafasan cuping hidung, adanya cyanosis, mukosa mulut kering,
dan sulit menelan.
f.
Dada dan thorak
Terjadi retraksi supra sternal atau intercostal hampir
selalu ditemukan, inspeksi seakan tertinggalpada sisi yang sakit, persensi akan
redupdan vokal fremitus akan meningkat atau melemah jika terjadi efusi pleura,
adanya ronchi pada sisi yang sakit dan weezing.
g.
Abdomen
Terjadi keluhan dinding abdomen dan adanya pembesaran hepar dan nyeri
tekan bila terjadi dekompensisasi cordis
h.
Ektremitas
Kekuatan otot cenderung melemah, akral dingin, pucat
capillary refill time terganggu.
i.
Integumen
Kulit kerinf, turgor menurun dan akral dingin.
7.
Pemeriksaan penunjang
a. Laboratorium
LED meningkat
HB cenderung
tetap atau sedang menurun
Analisa Gas
Darah : asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi
CO2
b. Radiologi
Tampak gambaran konsolidasi
radang yang bersifat difus atau
berupa bercak yang mengikut
sertakan alveoli secara tersebar.
2.
Analisa data
Data yang telah
dikumpulkan kemudian dianalisa untuk menentukan masalh penderita, Analisa
merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan menyeleksi data,
mengklarifikasikan dan mengumpulkan data, mengaitkan dan menentukan kesenjangan
informasi, membandingkan dengan standart, menginterprestasikan serta akhirnya
membuat diagnosa keperwatan (Lismidar 1990)
3.
Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang muncul baik aktual maupun potensial
adalah sebagai berikut :
1. Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif
2. Pola Nafas tidak efektif
3. Gangguan Pertukaran gas
4. Kurang Pengetahuan
5. Disfungsi respon penyapihan ventilator
|
1. Resiko Aspirasi
2. PK : Syok Septik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
4. Hipertermia
|
4.
Perencanaan
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan dan criteria Hasil
|
Intervensi
|
1
|
Bersihan
Jalan Nafas tidak Efektif
Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan
kebersihan jalan nafas.
Batasan Karakteristik :
-
Dispneu, Penurunan suara nafas
-
Cyanosis
-
Kelainan suara nafas (rales, wheezing)
-
Kesulitan berbicara
-
Batuk, tidak efekotif atau tidak ada
-
Produksi sputum
-
Gelisah
-
Perubahan frekuensi dan irama nafas
Faktor-faktor yang berhubungan:
-
Lingkungan : menghirup asap rokok, perokok
pasif-POK, infeksi
-
Fisiologis : alergi jalan nafas, asma.
-
Obstruksi jalan nafas : sekresi tertahan,
banyaknya mukus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan
nafas.
|
NOC :
v Respiratory
status : Ventilation
v Respiratory
status : Airway patency
v Aspiration
Control
Kriteria
Hasil :
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (disesuaikan dengan umur anak )
v Menunjukkan jalan nafas yang
|
NIC :
Airway suction
§ Pastikan kebutuhan oral / tracheal suctioning
§ Auskultasi suara nafas sebelum
dan sesudah suctioning.
§ Informasikan pada klien dan
keluarga tentang suctioning
§ Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan. ( sesuai dengan
umur )
§ Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suksion
nasotrakeal
§ Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion
§
Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila pasien
menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.
Airway Management
·
Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift atau jaw
thrust bila perlu
·
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
·
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
·
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
·
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
·
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.
·
Monitor respirasi dan status O2
|
2
|
Pola Nafas tidak efektif
Definisi : Pertukaran udara inspirasi dan/atau ekspirasi tidak
adekuat
Batasan karakteristik :
-
Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi
-
Penurunan pertukaran udara per menit
-
Menggunakan otot pernafasan tambahan
-
Dyspnea
-
Tahap ekspirasi berlangsung sangat lama
-
Peningkatan diameter anterior-posterior
-
Pernafasan rata-rata/minimal
§ Bayi : < 25 atau >
60
§ Usia 1-4 : < 20 atau
> 30
§ Usia 5-14 : < 14 atau
> 25
§ Usia > 14 : < 11
atau > 24
Faktor yang berhubungan :
-
Hiperventilasi
-
Kelainan bentuk dinding dada
-
Penurunan energi/kelelahan
-
Perusakan/pelemahan muskulo-skeletal
-
Kelelahan otot pernafasan
-
Nyeri
-
Kecemasan
|
NOC :
v Respiratory
status : Ventilation
v Respiratory
status : Airway patency
v Vital
sign Status
Kriteria Hasil :
v Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu
bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)
v Menunjukkan jalan nafas yang paten
(klien tidak merasa
tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada
suara nafas abnormal)
v Tanda Tanda vital dalam
rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
|
NIC :
Airway Management
·
Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan
nafas buatan
·
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·
Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
·
Monitor respirasi dan status O2
Terapi Oksigen
v Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea
v
Pertahankan jalan nafas yang
paten
v
Atur peralatan oksigenasi
v
Monitor aliran oksigen
v
Pertahankan posisi pasien
v Observasi
adanya tanda tanda hipoventilasi
v
Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi
Vital sign Monitoring
|
5.
Pelaksanaan
Merupakan realiasasi dari rencana tindakan
keperawatan. Dalam fase pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan validasi
(penyerahan) rencana keperawatan, menulis dan mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawwtan dan pengumpulan data. (Lismidar
1990)
6.
Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan
klien, perawat dan anggota kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana keperawatan tercapai atau tidak untuk
melakukan pengkajian ulng. (Lismidar 1990)
DAFTAR PUSTAKA
1.
Marlyn E. Donges. Rencana Asuhan Keperwatan
Edisi III buku Kedokteran EGC Jakarta 2000
2.
Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit. Penerbit buku
kedokteran EGC Jakarta 1997
3.
Suryadi Skp. Asuhan keperawatan pada anak. CV
Jagung Seto Jakarta 2001
4.
Ely Susanti, amd.kep, dkk. 2011. Diagnosa
Keperawatan Aplikasi Nanda NIC NOC. Modya Karya : Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar