Translate

Sabtu, 01 Maret 2014

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN pada KLIEN DENGAN THYPOID di RUANG MELATI RSUD MAJENANG CILACAP

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN pada KLIEN DENGAN THYPOID
di RUANG MELATI RSUD MAJENANG CILACAP

A.      Definisi
Tifus Abdominalis (demam tifoid enteric fever) adalah penyakit infeksi akut yang besarnya tedapat pada saluran pencernaan dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (FKUI, 1985)
     Tifus abdominalis adalah infeksi yang mengenai usus halus, disebarkan dari kotoran ke mulut melalui makanan dan air minum yang tercemar dan sering timbul dalam wabah. (Markum, 1991).
B.       Etiologi
     Tyfus abdominalis disebabkan oleh salmonella typhosa, basil gram negatif, bergerak dengan bulu getar, tidak berspora. Mempunyai sekurang-kurngnya 3 macam antigen yaitu antigen O (somatic terdiri dari zat komplek lipopolisakarida), antigen H (flagella) dan antigen Vi. Dalam serum penderita terdapat zat anti (glutanin) terhadap ketiga macam antigen tersebut.
C.      Patofisiologi
     Kuman salmonella typhosa masuk kedalam saluran cerna, bersama makanan dan minuman, sabagian besar akan mati oleh asam lambung HCL dan sebagian ada yang lolos (hidup), kemudian kuman masuk kedalam usus (plag payer) dan mengeluarkan endotoksin sehingga menyebabkan bakterimia primer dan mengakibatkan perdangan setempat, kemudian kuman melalui pembuluh darah limfe akan menuju ke organ RES terutama pada organ hati dan limfe.
    


Di organ RES ini sebagian kuman akan difagosif dan sebagian yang tidak difagosif akan berkembang biak dan akan masuk pembuluh darah sehingga menyebar ke organ lain, terutama usus halus sehingga menyebabkan peradangan yang mengakibatkan malabsorbsi nutrien dan hiperperistaltik usus sehingga terjadi diare. Pada hipotalamus akan menekan termoregulasi yang mengakibatkan demam remiten dan terjadi hipermetabolisme tubuh akibatnya tubuh menjadi mudah lelah.
     Selain itu endotoksin yang masuk kepembuluh darah kapiler menyebabkan roseola pada kulit dan lidah hiperemi. Pada hati dan limpa akan terjadi hepatospleno megali. Konstipasi bisa terjadi menyebabkan komplikasi intestinal (perdarahan usus, perfarasi, peritonitis) dan ekstra intestinal (pnemonia, meningitis, kolesistitis, neuropsikratrik).
D.      Manifestasi Klinis
     Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang terlama 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodomal yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersamangat kemudian menyusul gejala klinis sbb:
§  Demam
Berlangsung selama 3 minggu, bersifat febris remiten dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu pertama duhu berangsur-angsur meningkat, biasanya turun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari. Pada minggu ke-2 penderita terus demam dan minggu ke-3 penderita demamnya berangsur-angsur normal.



§  Gangguan pada saluran pencernaan
     Nafas berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar. disertai nyeri pada perabaan
§  Gangguan kesadaran
     Kesadaran menurun walaupun tidak berapa dalam yaitu apatis sampai samnolen. Disamping gejala-gejala tersebut ditemukan juga pada penungggungdan anggota gerak dapat ditemukan roseola yaitu bintik-bintik kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit.
E.       Pathways
F.       Komplikasi
Dapat terjadi pada:
1.      Usus halus
Umumnya jarang terjadi, akan tetapi sering fatal yaitu:
a.       Perdarahan usus bila sedikit hanya ditemukan jika dilakukan pemeriksaan tinja dengan benzidin. Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat disertai perasaan nyari perut dengan tanda-tanda rejatan
b.      Perforasi usus
c.       Peritonitis ditemukan gejala abdomen akut yaitu: nyeri perut yang hebat, diding abdomen dan nyeri pada tekanan
2.      Diluar anus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakterimia) yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati. Terjadi karena infeksi sekunder yaitu bronkopneumonia
G.      Pemeriksaan Penunjang
Untuk memastikan diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium antara lain sebagai berikut:
a.       Pemeriksaan darah tepi
b.      Pemeriksaan sumsum tulang
c.       Biakan empedu untuk menemukan salmonella thyposa
d.      Pemeriksaan widal digunakan untuk membuat diagnosis tifus abdominalis yang pasti
H.      Penatalaksanaan
Pengobatan/penatalaksaan pada penderita typus abdominalis adalah sebagai berikut:
1.      Isolasi penderita dan desinfeksi pakaian dan ekskreta
2.      Perawatan yang baik untuk menghindari komplikasi
3.      Istirahat selama demam sampai dengan 2 minggu
4.      Diet makanan harus mengandung cukup cairan dan tinggi protein
5.      Obat Kloramfenikol
I.         Diagnosa Keperawatan
1.      Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d malarbsorpsi nutrisi
2.      Hipertermi b/d stimulus hipothalamus karena peradangan
3.      Kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap diare
4.      Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi akut
5.      Nyeri akut b/dstimulus nosyreceptor karena pembesaran hepar

J.        Fokus Intervensi
1.      Hipertermi b/d efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus
Tujuan:
Mendemonstrasikan suhu dalam batas normal
Intervensi:
a.       Pantau suhu klien
         Rasional:
         Suhu 380 C sampai 41,10 C menunjukkan proses peningkatan infeksius akut
b.      pantau suhu lingkungan, batasi atau tambahkan linen tempat tidur sesuai dengan indikasi
         Rasional:
         Suhu ruangan atau jumlah selimut harus dirubah, mempertahankan suhu
         mendekati normal
c.       Kolaborasi pemberian antipiretik
         Rasional:
         Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus



2.      Resiko tinggi kurang volume cairan b/d kehilangan cairan sekunder terhadap diare
Tujuan:
Mempertahankan volume cairan adekuat dengan membran mukosa, turgor kulit baik, kapiler baik, tanda vital stabil, keseimbangan dan kebutuhan urin normal
Intervensi:
a.       Awasi masukan dan keluaran perkiraan kehilangan cairan yang tidak terlihat
         Rasional:
         Memberikan informasi tentang keseimbangan cairan dan elektrolit penyakit usus
         yang merupakan pedoman untuk penggantian cairan
b.      Observasi kulit kering berlebihan dan membran mukosa turgor kulit dan pengisian kapiler
         Rasional:
         Menunjukkan kehilangan cairan berlebih atau dehidrasi
c.       Kaji tanda vital
         Rasional :
         Dengan menunjukkan respon terhadap efek kehilangan cairan
d.      Kolaborasi utnuk pemberian cairan parenteral
         Rasional:
         Mempertahankan istirahat usus akan memerlukan cairan untuk mempertahankan
         kehilangan
3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d arbsorpsi nutrisi
Tujuan:
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Intervensi:
a.       Dorong tirah baring
         Rasional:
         Menurunkan kebutuhan metabolic untuk meningkatkan penurunan kalori dan
         simpanan energi
b.      Anjurkan istirahat sebelum makan
         Rasional:
         Menenangkan peristaltic dan meningkatkan energi makan
c.       Sediakan makanan dalam ventilasi yang baik, lingkungan menyenangkan
         Rasional:
         Lingkungan menyenangkan menurunkan stress dan konduktif untuk makan
d.      Jelaskan pentingnya nutrisi yang adekuat
         Rasional:
         Nutrisi yang adekuat akan membantu proses
e.       Kolaborasi pemberian nutrisi, terapi IV sesuai indikasi
         Rasional:
         Program ini mengistirahatkan saluran gastrointestinal, sementara memberikan
         nutrisi penting.
4.      Intoleransi aktivitas b/d peningkatan kebutuhan metabolisme sekunder terhadap infeksi akut, Tujuan: Melaporkan kemampuan melakukan peningkatan toleransi aktivitas
Intervensi:
a.       Tingkatkan tirah baring dan berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung
         Rasional:
         Menyediakan energi yang digunakan untuk penyembuhan
b.      Ubah posisi dengan sering, berikan perawatan kulit yang baik
         Rasional:
         Meningkatkan fungsi pernafasan dan meminimalkan tekanan pada area tertentu
         untuk menurunkan resiko kerusakan jaringan
c.       Berikan aktifitas hiburan yang tepat (nonton TV, radio)
         Rasional:
         Meningkatkan relaksasi dan hambatan energi
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L. J (1997). Buku Saku Keperawatan. Edisi VI.EGC: Jakarta
Doengoes M.E (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi III. EGC : Jakarta
mansjoer. A (2000). Kapikta Selekta kedokteran. edisi IV. EGC: Jakarta
Sarwana (1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi III. FKUI: Jakarta.

















LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN pada KLIEN DENGAN THYPOID
di RUANG MELATI RSUD MAJENANG CILACAP


 







Disusun Oleh :
Indra Hermawan
A11000608








SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
GOMBONG

2012

Tidak ada komentar: