Translate

Sabtu, 01 Maret 2014

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN POLA PEMENUHAN AKTIVITAS “MOBILISASI” DI RUANG AHMAD DAHLAN PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN  DASAR MANUSIA DENGAN GANGGUAN POLA PEMENUHAN AKTIVITAS “MOBILISASI”
DI RUANG AHMAD DAHLAN PKU MUHAMMADIYAH
 SRUWENG






Disusun oleh :
Nama               : Indra Hermawan
NIM                : A11000608





PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
TAHUN 2011


LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN  PEMENUHAN  KEBUTUHAN   DASAR  MANUSIA  DENGAN GANGGUAN POLA PEMENUHAN AKTIVITAS ”MOBILISASI” DI RUANG
 AHMAD DAHLAN PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG





Telah Disahkan
Hari                                         :
Tanggal                                   :



Pembimbing Lahan

(                                                )
Mahasiswa

(                                          )

Pembimbing Akademik

(                                                 )



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... 1
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................ 3
KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS
A.    Pengertian Mobilisasi.......................................................................... 4
B.     Konsep Dasar Mobilisasi.................................................................... 4
C.     Tujuan Mobilisasi................................................................................ 7
D.    Faktor-Faktor yang mempengaruhi.................................................... 7
E.     Etiologi............................................................................................... 9
F.      Manifestasi Klinis............................................................................. 10
G.    Komplikasi........................................................................................ 11
H.    Patofisiologi dan Pathway Keperawatan......................................... 11
I.       Fokus Intervensi............................................................................... 12
J.       Intervensi.......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 13


KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS


A.    Pengertian Mobilisasi
1.      Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan bebas (kosier, 1989).
2.      Mobilisasi adalah kemampuan orang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teraturyang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. ( Buku ajar KDM “ teori dan aplikasi dalam praktik”, 2007)
3.      Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mendiri dan terarah. ( Diagnosis Keperawatan “ definisi dan klasifikasi “, 2010 )
4.      Suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat dari tubuh atau satu ektremitas atau lebih . dengan tingkatan :
a.       Tingkat 0: mandiri penuh
b.      Tingkat 1 : memerlukan peralatan atau alat bantu
c.       Tingkat 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan, pengawasan, atau pembelajaran
d.      Tingkat 3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan/ alat bantu
e.       Tingkat 4 : ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktifitas
( buku saku diagnose keperawatan  “ Judith M. Wilkinson”, 2006)
B.     Konsep Dasar Mobilisasi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.
Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energy meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung.  Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
1.    Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi vertebra
2.    Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi, kostosternal antara sternum dan iga.
3.    Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula)
4.    Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan secara bebas di mana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang pada jari.
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat punggung bergerak.
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis, serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon akhiles/kalkaneus.


Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada di sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga. Bayi mempunyai sejumlah besar kartilago temporer. Kartilago permanen tidak mengalami osifikasi kecuali pada usia lanjut dan penyakit, seperti osteoarthritis.
Sistem saraf mengatur pergerakan dan postur tubuh. Area motorik volunteer utama, berada di konteks serebral, yaitu di girus prasentral atau jalur motorik.
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya: proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
C.     Tujuan Dari Mobilisasi Antara Lain :
1.       Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2.      Mencegah terjadinya trauma
3.      Mempertahankan tingkat kesehatan
4.      Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
5.      Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.
D.    Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
a.      Gaya hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk.


b.      Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
c.       Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
d.      Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
e.       Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
·         Bayi: sistem muskuloskeletal bayi bersifat fleksibel. Ekstremitas lentur dan persendian memiliki ROM lengkap. Posturnya kaku karena kepala dan tubuh bagian atas dibawa ke depan dan tidak seimbang sehingga mudah terjatuh.
·         Batita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada tulang belakang servikal dan lumbal lebih nyata
·         Balita dan anak sekolah: tulang-tulang panjang pada lengan dan tungkai tumbuh. Otot, ligamen, dan tendon menjadi lebih kuat, berakibat pada perkembangan postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi yang lebih baik memungkinkan anak melakukan tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan motorik yang baik.
·         Remaja: remaja putri biasanya tumbuh dan berkembang lebih dulu dibanding yang laki-laki. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha, dan bokong. Perubahan laki-laki pada bentuk biasanya menghasilkan pertumbuhan tulang panjang dan meningkatnya massa otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan pinggul menjadi lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan, bahu, dan tungkai atas.
·         Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal pada tubuh dan kesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil. Perubahan ini akibat dari respon adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke bagian depan. Wanita hamil bersandar ke belakang dan agak berpunggung lengkung. Dia biasanya mengeluh sakit punggung.
·         Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total terjadi pada orangtua.
E.     Etiologi
Postur abnormal:
a.       Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana adanya kontraktur pada otot sternoklei domanstoid
b.      Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anterior
c.       Kifosis: peningkatan kurva spinal torakal
d.      Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis
e.       Skolioasis: kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/ pinggul dan bahu
f.        Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral
g.      Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf peroneal
h.      Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi karena gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal
i.        Kerusakan sistem saraf pusat
j.        Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan fraktur.
F.     Manifestasi Klinis
a.       Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
ü  muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium
ü  kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan thrombus
ü  pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas
ü  metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi)
ü  eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal
ü  integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan
ü  neurosensori: sensori deprivation
  1. Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.
  2. Keterbatasan rentan pergerakan sendi
  3. Pergerakan tidak terkoordinasi
  4. Penurunan waktu reaksi ( lambat )

G.    Komplikasi
1.      Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
2.      Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.
3.      Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
4.      Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
5.      Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh.
6.      Status emosi labil.
H.    Patofisiologi Dan Pathway Keperawatan
a.       Patofisiologi
·         Menghambat proses pengosongan vasika urinary yang akan menimbulkan stasis urine ( terhambat / terhentinya pengeluaran urine )
·         Terjadi retensi urine
·         Mempengaruhi sistem gastrointestinal ( ingesti, digesti, dan eliminasi) yang akan menyebabkan konstipasi.
·         Terjadi hipotensi
·         Kerusakkan kulit
b.      Rounded Rectangle: Faktor pencetus
( Trauma, Stroke, Infeksi agen biologis )

Pathway keperawatan

 


Tirah Baring
                                                                                                    
Aktifitas          Fungsi Gastrointestinal

    Atrophy otot ( musculusskeletal )    peristaltic & mobilisasi
Intoleransi Aktifitas
      Gangguan Mobilisasi Fisik        Konstipasi       Ansietas


I.       Fokus Intervensi
Prioritas NIC
Penatalaksanaan ROM dan Ambulasi klien  : membantu klien berada pada posisi yang tidak tetap, dan membantu mengurangi resiko atropi otot karena jarang digerakkan.
Pemberian terapi ROM dan Ambulasi klien ( melatih gerak klien secara perlahan/ bertahap ).
  1. Intervensi
1.      Mandiri
ü  Ukur Tanda-tanda vital
Rasional : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
ü  Kaji faktor penyebab
Rasional : untuk mengetahui faktor utama penyebeb masalah
ü  Tingkatkan mobilitas dan pergerakan secara maksimal
Rasional : untuk mencegah terjadinya komplikasi lain ( atropi, trauma dekubitus )
ü  Tingkatkan mobilitas ekstremitas dengan pemberian ROM yang sesuai ( aktif/ pasif )
Rasional : untuk membiasakan sendi sendi untuk bergerak, sehingga tidak terjadi kekakuan, dan dapat untuk menaikan massa otot.
ü  Berikan ambulasi secara periodic pada klien
Rasional : mengatur posisi klien stiap saat agar tidak bosan
ü  Berikan penyuluhan kesehatan, sesuai dengan indikasi.
Rasional : menambah pengetahuan klien
2.      Kolaborasi
Kolaborasikan dengan bagian fosioterapi untuk memberikan fisioterapi yang sesuai
Rasional : memberikan latihan sendi dan otot kepeda pasien
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal dkk.  2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran 
Herdman, T Heather, 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
         2009-2010.Jakarta:EGC

        .Diakses tanggal : 25 Oktober 2001, pukul 16.00 WIB

Tidak ada komentar: