Translate

Sabtu, 01 Maret 2014

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSIS MEDIS ASMA BRHONCHIALE

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIAGNOSIS MEDIS ASMA BRHONCHIALE




Logo.jpg


Oleh:

1.          Andi Ashari
2.          Dina Septiana
3.          Nanang Kosim
4.          Indra Hermawan
5.          Iin Rianti







PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN
GOMBONG
2013



ASMA BRHONCHIALE

A.    Definisi.
Asma adalah proses obstruksi reversibel yang ditandai dengan peningkatan responsivitas dan inflamasi jalan nafas, terutama jalan nafas bawah (Wong, 2003). 
Menurut Smeltzer, S.C. et all., 2001 mendefinisikan asma sebagai penyakit jalan nafas obstruksi intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.   
Asma adalah suatu peningkatan respon trakea dan bronkhus yang mengakibatkan penyempitan jalan nafas yang derajatnya bisa berubah-ubah sebagai hasil dari pengobatan (Soeparman, 1990).    

B.     Etiologi.
                        Asma bronkiale disebabkan oleh 2 faktor. Faktor pertama yaitu alergik, dimana individu hipersensitiv terhadap alergen seperti cuaca, benda asing didalam udara (debu, tepung sari tumbuh-tumbuhan). Faktor kedua yaitu nonalergik atau idiopatik, dimana faktor pencetus serangan asma pada jenis ini berasal dari tubuh individu sendiri seperti keadaan flu / common cold, infeksi saluran nafas atas, emosi dan latihan.

C.    Patofisiologi
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru, bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2  akibat hiperventilasi.

Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.

D.    Gejala Klinis Asma:
1.      Bunyi wheezing saat menghembuskan udara.
2.      Dipsnu berat.
3.      Retraksi dada.
4.      Napas cuping hidung.
5.      Peningkatan jelas usaha bernafas.
6.      Pernapasan yang dangkal dan cepat.
7.      Batuk, wheezing, sesak saat bergiat.
8.      Batuk yang berkepanjangan, yang tidak disebabkan oleh pilek, sering memburuk pada waktu malam.
9.      Pilek berulang dan penyembuhannya lama.
Selama serangan asma, udara terperangkap karena spasme dan mucus memperlambat ekspirasi. Hal ini menyebabkan waktu menghembuskan udara menjadi lebih lama.

E.     Pemeriksaan Diagnostik
1.      Analisa gas darah mungkin memperlihatkan penurunan konsentrasi oksigen arteri, dan mula-mula alkalosis respiratorik karena karbon dioksida dikeluarkan bersama pernapasan yang cepat. Apabil;a keadaan menetap atau memburuk, maka dapat terjadi asidosis respiratorik akibat status asmatikus.
2.      Volume ekspirasi maksimumn dan kecepatan maksimum ekspirasi menurun.
3.      Diantara serangan asma, individu biasanya asimtomatik. Namun, sebagian perubahan samar pada uji fungsi paru dapat dideteksi pada keadaan tanpa serangan.

F.     Penatalaksanaan & Pengobatan Asma
1.      Umum : Identifikasi dan penghindaran alergen dan iritan yang diketahui atau dicurigakan.
2.      Pencegahan juga mencakup memantau ventilasi secara berkala, terutama selama waktu-waktu puncak serangan asma, misalnya musim dingin. Apabila diamati adanya penurunan bermakna volume ekspirasi maksimum atau kecepatan aliran ekspirasi, maka intervensi farmakologi dapat segera dimulai tanpa menuggu serangan timbul.
3.      Khusus : obat-obat untuk penyembuh dan untuk pencegah
 a. Obat untuk penyembuh, terdapat tiga kelompok, ketiganya dapat dikombinasikan jika di perlukan :
1). Beta 2 agonis, contohnya adalah salbutamol dan terbutalin.
2). Antikolinergik
3). Teofilin
 b.  Obat untuk pencegah, terdapat tiga kelompok utama yaitu :
1). Kortikosteroid , obat ini biasanya diberikan secara inhalasi tapi kadang-kadang diberikan secara oral.
2). Kromon, terdapat dua macam obat dalam kelompok ini yaitu sodium kromoglikat dan nedokromil.
3). Antagonis reseptor leukotrin, contohnya montelukast dianjurkan untuk diatas 2 tahun dan zafirlukast dapat digunakan pada anak diatas 12 tahun.





F.  Patofisiologi
 















H. Discharge Planning

1.      Jelaskan proses penyakit dengan menggunakan gambar gambar
2.      Fokuskan pada perawatan mandiri di rumah
3.      Hindari factor pemicu : Kebersihan lantai rumah, debu debu, karpet, bulu binatang dsb
4.      Jelaskan tanda tanda bahaya yang akan muncul
5.      Ajarkanpenggunaan nebulizer
6.      Keluarga perlumemahami tentang pengobatan, nama obat, dosis, efek samping, waktu pemberian.
7.      Ajarkan strategi kontrol kecemasan, takut, stress
8.      Jelaskanpentingnya istirahat danlatihan, termasuk latihan nafas
9.      jelaskan pentingnya intake cairan dan nutrisi yang adekuat

G. Proses Keperawatan.
     1. Diagnosa keperawatan.
         Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada asma brokiale:
a.       Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan penyempitan lumen bronkiolus.
DS :  Menyatakan sesak nafas.
DO :  Penderita batuk-batuk, sesak nafas, auskultasi wheezing, Perubahan ritme dan frekwensi pernafasan.
b.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  ketidak seimbangan perfusi ventilasi.
DS :  Mengatakan sesak nafas, sakit kepala dan gangguan penglihatan.
DO   Abnormal hasil AGD, konfusi / bingung, hypercapnia, somnolens, tachycardia.
c.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan dispenia, kelelahan
DS : mengatakan lemas,
DO : mobilisasi turun, pergerakan terbatas

2.  Rencana Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Rasional
Tujuan
Intervensi
Bersihan jalan nafas tidak efektif  berhubungan dengan penyempitan lumen bronkiolus
Respiratory status: Airway patency
Indikator:
   RR DBN       (10-24 x/mnt)
   Bebas suara na-fas tambahan.
   Kemudahan bernafas

Air way manajemen:
     Berikan posisi fowler
     Kelola obat anti asma/bronchodilator
     Auskultasi suara nafas.
     Kelola oksigenasi.

Memudahkan bernafas
Melebarkan bron-chiolus, membebas-kan lumen dari mukus.
Memonitor perkembangan
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan  ketidak seimbangan perfusi ventilasi.

Respiratory status: Gas Exchange
Indikator:
    Status mental baik.
    Tidak dyspnea
    Tidak sianosis
    pCO2 DBN         (35-45mmHG)
    Arterial PH DBN (7,35 – 7,45)
    Saturasi O2  DBN (85 – 95%)

Acid Base Manage- ment: Respiratory Alkalosis
     Pasang akses IV
     Jaga patensi jalan nafas.
     Berikan oksigen terapi dengan RM
     Monitor pola nafas.
     Monitor status mental.

     Berikan support mental.
     Monitor level ABG.



Untuk pemberian obat.


Meningkatkan ambilan CO2 saat inspirasi.
Ketidak seimbangan asam basa menyebab-kan perubahan pola nafas dan perubahan status mental
Menurunkan stres/ krisis situasional.
Evaluasi
Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara kebutuhan dan supalai oksigen

Tolerance aktivitas
Indicator:
     Kemampuan berbicara saat beraktifitas
     Dapat melakukan ADLs
     Respon saturasi oksigen, HR, BP dalam rentang normal terhadap ADLs
     Respon kemudahan bernafas terhadap aktivitas

Manajemen energi
     Kaji keterbatasan fisik pasien.

     Dorong pasien untuk mengung-kapkan perasaan-nya tentang keterbatasannya.
     Batasi stimulus lingkungan.
     Turunkan ketidak nyamanan fisik.
     Tingkatkan istirahat.
     Monitor pola tidur pasien.
     Monitor respon cardiorespiratory oleh aktivitas.
     Bantu klien dalam menyusun jadwal kegiatan harian.
     Evaluasi program dalam peningkatan level aktivitas.

Mengetahui tingkat pemenuhan energi terhadap aktifitas.
Meningkatkan support mental.










E.  Sumber Pustaka:
Carpenito LJ., (1987). Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta: EGC.
Suryadi Skp. 2001. Asuhan keperawatan pada anak. CV Jagung Seto: Jakarta
Ely Susanti, amd.kep, dkk. 2011. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Nanda NIC
         NOC. Modya Karya : Yogyakarta.







Tidak ada komentar: